Rabu, 20 Oktober 2010

Profil Kahlil Gibran 4


Selama awal masa remaja, visinya tentang tanah kelahiran dan masa
depannya mulai terbentuk. Tirani kerajaan Ottoman, sifat munafik
organisasi gereja, dan peran kaum wanita Asia Barat yang sekadar
sebagai pengabdi, mengilhami cara pandangnya yang kemudian dituangkan
ke dalam karya-karyanya yang berbahasa Arab.

Gibran meninggalkan tanah airnya lagi saat ia berusia 19 tahun,
namun ingatannya tak pernah bisa lepas dari Lebanon. Lebanon sudah
menjadi inspirasinya. Di Boston dia menulis tentang negerinya itu untuk
mengekspresikan dirinya. Ini yang kemudian justru memberinya kebebasan untuk menggabungkan 2 pengalaman budayanya yang berbeda menjadi satu.

Gibran menulis drama pertamanya di Paris dari tahun 1901 hingga
1902. Tatkala itu usianya menginjak 20 tahun. Karya pertamanya,
"Spirits Rebellious" ditulis di Boston dan diterbitkan di New York,
yang berisi empat cerita kontemporer sebagai sindiran keras yang
meyerang orang-orang korup yang dilihatnya. Akibatnya,

Gibran menerima hukuman berupa pengucilan dari gereja Maronite. Akan tetapi, sindiran-sindiran Gibran itu tiba-tiba dianggap sebagai harapan dan
suara pembebasan bagi kaum tertindas di Asia Barat.


Masa-masa pembentukan diri selama di Paris cerai-berai ketika Gibran
menerima kabar dari Konsulat Jendral Turki, bahwa sebuah tragedi telah
menghancurkan keluarganya. Adik perempuannya yang paling muda berumur 15 tahun, Sultana, meninggal karena TBC.


Gibran segera kembali ke Boston. Kakaknya, Peter, seorang pelayan
toko yang menjadi tumpuan hidup saudara-saudara dan ibunya juga
meninggal karena TBC. Ibu yang memuja dan dipujanya, Kamilah, juga
telah meninggal dunia karena tumor ganas. Hanya adiknya, Marianna, yang
masih tersisa, dan ia dihantui trauma penyakit dan kemiskinan
keluarganya. Kematian anggota keluarga yang sangat dicintainya itu
terjadi antara bulan Maret dan Juni tahun 1903. Gibran dan adiknya
lantas harus menyangga sebuah keluarga yang tidak lengkap ini dan
berusaha keras untuk menjaga kelangsungan hidupnya.

Di tahun-tahun awal kehidupan mereka berdua, Marianna membiayai
penerbitan karya-karya Gibran dengan biaya yang diperoleh dari hasil
menjahit di Miss Teahan’s Gowns. Berkat kerja keras adiknya itu, Gibran
dapat meneruskan karier keseniman dan kesasteraannya yang masih awal.

 
Pada tahun 1908 Gibran singgah di Paris lagi. Di sini dia hidup
senang karena secara rutin menerima cukup uang dari Mary Haskell,
seorang wanita kepala sekolah yang berusia 10 tahun lebih tua namun
dikenal memiliki hubungan khusus dengannya sejak masih tinggal di
Boston. Dari tahun 1909 sampai 1910, dia belajar di School of Beaux
Arts dan Julian Academy. Kembali ke Boston, Gibran mendirikan sebuah
studio di West Cedar Street di bagian kota Beacon Hill. Ia juga
mengambil alih pembiayaan keluarganya.

Pada tahun 1911 Gibran pindah ke kota New York. Di New York Gibran
bekerja di apartemen studionya di 51 West Tenth Street, sebuah bangunan
yang sengaja didirikan untuk tempat ia melukis dan menulis.

Sebelum tahun 1912 "Broken Wings" telah diterbitkan dalam Bahasa
Arab. Buku ini bercerita tentang cinta Selma Karami kepada seorang
muridnya. Namun, Selma terpaksa menjadi tunangan kemenakannya sendiri sebelum akhirnya menikah dengan suami yang merupakan seorang uskup yang oportunis. Karya Gibran ini sering dianggap sebagai otobiografinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar