Senin, 18 Oktober 2010

Kehidupan Sebuah Cinta


MUSIM BUNGA

  Marilah, sayang, mari berjalan menjelajahi perbukitan,
  Salju telah cair dan Kehidupan telah terjaga dari lenanya
  dan kini mengembara menyusuri pegunungan dan lembah-lembah,
  Mari kita ikut jejak-jejak Musim Bunga, yang melangkaui
  Ladang-ladang jauh, dan mendaki puncak-puncak perbukitan
 'Tuk menadah ilham dari aras ketinggian,
  Di atas hamparan ngarai nan sejuk kehijauan.
  Fajar Musim Bunga telah mengeluarkan pakaiannya
  dari lipatan simpanan, dan menyangkutnya
  pada pohon pic dan sitrus , dan mereka kelihatan bagai pengantin dalam
  upacara tradisi Malam Kedre..

  Sulur-sulur daun anggur saling berpelukan bagai kekasih
  Air kali pun lincah berlompatan menari ria,
  Di sela-sela batuan, menyanyikan lagu riang.

  Dan bunga-bunga bermekaran dari jantung alam,

  Laksana buih-buih bersemburan, dari kalbu lautan

  Kemarilah, sayang: mari meneguk sisa air mata
  musim dingin, dari gelas kelopak bunga lili,
  Dan menenangkan jiwa, dengan gerimis nada-nada
  Curahan simfoni burung-burung yang berkicauan
  dan berkelana riang dalam bayu mengasyikkan

  Mari duduk di batu besar itu, tempat bunga violet
  berteduh dalam persembunyian, dan meniru
  Kemanisan mereka dalam pertukaran kasih rindu.

  MUSIM PANAS

  Mari pergi ke ladang, kekasihku, kerana
  Musim menuai telah tiba, dan cahaya suria
  Telah memanggang gandum kuning-kekuningan

  Mari kita mengerjakan hasil bumi, sebagaimana semangat kegembiraan
  menyuburkan butir gandum
  Dari benih cinta-kasih, yang tertanam dalam sanubari.
  Mari mengisi guni kita dengan limpahan hasil bumi
  bagai kehidupan mengisi penuh rongga hati,
  Dengan harta kekayaan tak terperi,
  Mari, jadikan bunga-bunga alas tilam kita
  Dan langit biru selimut kita
  Sandarkan kepala di bantal harum jerami,
  Mari kita berehat setelah bekerja sepanjang hari,
  Sambil mendengar bisik gemercik air sungai yang menyanyi.

  MUSIM GUGUR

  Kita pergi memetik anggur di perkebunan
  Dan memerah sari buah segar
  Dan menyimpannya di jambangan tua
  Sebagaimana jiwa menyimpan ilmu pengetahuan
  Abad-abad lalu, dalam gedung keabadian.

  Dan sekarang mari pulang, kerna sang bayu telah
  Menerbangkan daun-daun kuning dan mengisar bunga-bunga layu
  Yang membisikkan dendang kematian pada Musim Gugur
  Mari pulang, kekasihku abadi, kerana burung-burung
  Telah terbang bagi perjalanan migrasi menuju kehangatan
  Meninggalkan padang yang dingin dan kesepian.
  Bunga mirtel dan melati pun telah lama
  Mengeringkan air matanya.

  Mari kembali, sebab anak sungai yang sayu
  Telah kehabisan lagu, dan sumber air yang lincah
  Telah membisu, enggan mengucapkan kata perpisahan.
  Sedang bukit-bukit tua telah mulai melipat
  pakaiannya yang berwarna-warni.

  Mari, kekasihku; Alam telah letih,
  Ia bersemangat melambaikan selamat tinggal
  Dengan dendangan sayup dan ketenangan.

  MUSIM DINGIN

  Dekatlah ke mari,oh teman sepanjang hidupku,
  Dekatlah padaku, dan jangan biarkan sentuhan Musim Dingin,
  Mencelah di antara kita. Duduklah disampingku di depan tungku,
  Sebab nyalaan api adalah satu-satunya nyawa musim ini.
  Bicaralah padaku tentang kekayaan hatimu,
  Yang jauh lebih besar daripada unsur Alam yang menggelodak
  Di luar pintu.
  Palanglah pintu dan patri engselnya,
  Sebab wajah angkasa menekan semangatku
  Dan pemandangan ladang-ladang salju
  Menimbulkan tangis dalam jiwaku.

  Tuangkan minyak ke dalam lampu, jangan biarkan ia pudar,
  Letakkan dekat wajahmu, supaya aku boleh membaca dalam tangis
  Apa yang telah ditulis pada wajahmu
  Tentang kehidupan kau bersamaku..

  Berilah aku anggur Musim Gugur, dan mari minum bersama
  Sambil mendendangkan lagu kenangan pada ghairah Musim Bunga
  Dan layanan hangat Musim Panas, serta anugerah
  tuaian dari Musim Gugur.

  Dekatlah padaku, oh kekasih jiwaku; api mendingin dalam tungku,
  Menyelinap padam nyalanya satu-satu, dari timbunan abu
  Dakaplah aku, sebab aku ngeri akan kesepian.
  Lampu meredup, dan anggur minuman membuat mata sayu mengatup.
  Mari kita saling berpandangan, sebelum mata tertutup.

  Cari aku dengan rabaan, temui daku dalam pelukan
  Lalu biarkan kabus malam merangkul jiwa kita menjadi satu
  Kucuplah aku, kekasihku, kerana Musim Dingin,
  Telah merenggut segala, kecuali bibir yang berkata:
  Engkau dalam dakapan, oh Kekasihku Abadi,
  Betapa dalam dan kuat samudera lena,
  Dan betapa cepatnya subuh...

  (Dari 'Dam'ah Wa Ibtisamah' -Setitis Air Mata Seulas Senyuman)
   
   Khalil Gibran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar