Kamis, 21 Oktober 2010

Ibuku Dahulu


Ibuku dahulu marah padaku
Diam ia tiada berkata
Aku pun lalu merajuk pilu
Tiada perduli apa yang terjadi.
Matanya terus mengawas daku
Walaupun bibirnya tiada bergerak
Mukanya masam menahan sedan
Hatinya pedih karena lakuku

Terus aku berkesal hati
Menurutkan setan mengacau-balau
Jurang celaka terpandang di muka
Kusongsong juga biar cedera

Bangkit ibu dipegangnya aku
Dirangkumnya segera dikecupnya serta
Dahiku berapi pancaran neraka
Sejuk sentosa turun ke kalbu

Demikian engkau :
Ibu, bapa kekasih pula
Berpadu satu dalam dirimu
Mengawas daku dalam dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar